• Home
  • Hortikultura

Petani Milenial Raup Untung dari Budidaya Timun

26 Okt 2024, 09:19 WIB | Indarto

Panen timun | Dok. Istimewa

AGROMILENIAL.COM, Jakarta --- Cara bertani yang diakukan para milenial cukup smart. Mereka tak tak hanya lihai di hulunya saja, tapi juga piawai dalam menjaring pasar. Tak heran banyak petani milenial yang sukses terjun di agribisnis pertanian. Selain menghasilkan cuan dari usahanya, para milenial ini juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya anak-anak muda di sekitar kawasan pertaniannya.

Baca Juga :

Adalah Ade Putra Daulay, salah satu petani milenial Riau ini sudah berkecimpung  di agribisnis pertanian kurun beberapa tahun lalu. Pada awalnya, ia dan teman-temanya melakukan budidaya cabai, jagung dan sejumlah buah-buahan seperti melon. Ketika itu, hasil tani yang diperoleh dari penjualan cabai cukup lumayan.

Namun, Ade tak hanya berkutat untuk menanam cabai dan jagung saja. Ia mulai berfikir ke depan untuk melakukan diversifikasi tanaman horti yang hasilnya lebih menjanjikan, mudah ditanam, dan tahan terhadap perubahan iklim ekstrem.

Menurutnya, cuaca yang tak menentu menjadi kendala dalam mengelola pertanian. Seperti tanaman cabai, ketika banyak diguyur hujan akan terganggu pertumbuhannya. Hal ini terjadi setahun lalu,  cabai yang ditanamnya banyak yang mati gara-gara perubahan iklim  ekstrem.

“  Memang tanaman cabai umur tiga bulan bisa dipanen dalam sekali seminggu.  Meski tetap mempertahankan pertanaman cabai,  kami saat ini mulai mencari formulasi baru untuk mengembangkan agribisnis pertanian. Salah satunya adalah dengan menanam timun yang  mudah dipasarkan  dan setiap bulan bisa dipanen,” kata Ade, di Jakarta, belum lama ini.

Timun yang ditanam  di lahan pertaniannya lebih kurang 3.000 batang. Tanaman timun pada usia 30- 45 hari sudah  bisa dipanen per 2 hari sekali. Agar bisa panen secara berkelanjutan, Ade  mulai menanam timun secara periodik per 20 hari. 

“ Kami tanam secara periodik per 20 hari tanam. Kami tanamnya di lahan seluas 2.000 meter2. Sebanyak 3.000 batang,” paparnya.

Menurutnya, menanaman timun sangat mudah dan menguntungkan. Tiap 1 batang timun mampu menghasilkan timun sebanyak 4-5 kg.  Sedangkan harga timun di pasar Rp 3.000 per kg. Dari pertanaman timun tersebut, ia bisa menghasilkan timun sebanyak 1,5 ton per hari.

Dari 10 hektar (ha) lahan yang dimilikinya, ada sekitar 5 ha untuk ditanami tanaman hortikultura, seperti cabai, jagung, timun, para dan sejumlah buah-buahan (seperti melon). Saat ini Ade sedang menyiapkan lahan untuk pertanaman timun.  

“Kami pada  pada 14 November nanti  tanam timun pada tahap kedua, kmudian 20 hari lagi kita tanam pada tahap ketiga dan seterusnya. Tiap tahun ini ada 4 tahap (periodik),” katanya.

Ade mengaku, pasar untuk tanaman timun masih sangat terbuka. Selain dijual ke mitra, timun yang dipanen tiap 2 haris ekali ini dijual ke pedagang pasar induk dengan harga Rp 3.000 per kg. 

“Jadi setiap periode dapat memproduksi timun sebanyak 12 ton, sehingga per periode (3 bulan) bisa menghasilkan Rp 36 juta. Taruh saja kita ambil 70 persen saja, kita sudah dapat penghasilan dari menanam timun Rp 25 juta/periode (3 bulam),” kata Ade.

Selain timun, Ade juga menanam pare di lahannya sebanyak 1.000 batang. Namun, sayangnya tanaman pare ini agak rewel, karena banyak hama dan penyakitnya. Memang harganya  lenih mahal di banding timun. Kalau pare harganya bisa menyentuh di angka Rp 6.000 per kg.

“ Kita sekarang fokus ke timun, karena permintaan banyak. Perawatan tanamanya lebih mudah dan tak banyak hama dan penyakit. Agar berkelanjutan dan bisa panen harian, kami cara tanamnya secara operiodik per 20 hari,” jelas Ade.

Dalam kesempatan tersebut Ade juga mengungkapkan kalau dirinya bersama TNI mulai mengembangkan padi gogo di lahan seluas 5 ha. Ia menggunakan escavator dan traktor dalam mengolah lahan. Diharapkan, dalam waktu dekat (jelang akhir tahun ini)  pada gogo tersebut bisa ditanam di lahannya.

Ade juga menyebutkan,  dari 10 ha luas lahan tersebut, sekitar 3 ha berupa rawa. Sehingga yang sudah optimal dikembangkan untuk tanaman horti saat ini sekitar 5 ha.  Di atas lahanm tersebut juga dikembangkan  budidaya ternak kambing dan penanaman rumput sekitar 1 ha. Selenihnya untuk budidaya jagung, pare, terong dan timun.  (dar)