• Home
  • Kebun

Perkebunan Tahun 2025: Tantangan Global dan Peluang Pertumbuhan Berkelanjutan

28 Sep 2024, 06:53 WIB | Indarto

Plt. Dirjen Perkebunan, Heru Tri Widarto saat menyampaikan arah dan kebijakan Ditjen Perkebunan 2025, di Bali | Dok. Humas Ditjen Perkebunan

AGROMILENIAL.COM, Bali --- Guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di sektor perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan menggelar Seminar Commodity Outlook yang bertajuk “Strategi Keberlanjutan dan Daya Saing Komoditas Perkebunan Dalam Tantangan Global Tahun 2025” di Hotel Grand Sovereign, Tuban, Bali.

Baca Juga :

Hadir saat seminar, Jumat (27/9), Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan,  perkebunan terbukti berpotensi besar sejak dahulu sebagai penyokong devisa negara dan ekspor perkebunan juga harus ditata dengan baik.  Tantangan kedepan makin banyak yang harus dipersiapkan, baik dari data eksportir tujuan Uni Eropa maupun Surat Tanda Daftar Budidaya (STDB) yang menjadi prioritas karena hal ini yang utama. 

“Setelah seminar ini tolong diidentifikasi dan diperhatikan, posisi per komoditas bagaimana, mana yang diprioritaskan atau diutamakan, salah satunya seperti kakao perlu peningkatan produksi karena adanya perubahan iklim,” kata Heru saat menyampaikan arah dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan.

Lebih lanjut, Heru mengatakan, banyak kebutuhan beberapa komoditas yang perlu ditangani untuk dilakukan pemetaan dan mengatur strategi yang akan digunakan, termasuk pengelolaan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) untuk komoditas kakao dan kelapa. Ia juga menekankan perlunya memperhatikan posisi pasar dan keberlanjutan lingkungan maupun keberlanjutan bisnis. Mengingat, masing-masing komoditas berbeda penanganan dan tantangan dalam pengembangannya, sehingga perlu diperjuangkan bersama guna penguatan pengembangan perkebunan.

"Kita tentunya ingin melakukan hal tersebut terhadap semua tanaman perkebunan namun juga harus memperhatikan pasarnya, dan memperhatikan kondisi yang harus diantisipasi. Yang perlu disiapkan kedepannya dan jangan dilewatkan, yaitu kesiapan sosial budayanya. Tidak semua daerah memiliki budaya yang sama. Siapkah masyarakat kita, fokus pada komoditas dan tidak alih lahan atau alih komoditas karena adanya peningkatan harga misalkan kakao harga naik lahan sawitnya diganti kakao. Kita harus cerdas menyikapi dan petakan secara jelas agar bahan bakunya jelas, akurat dan sesuai," ujarnya. 

Heru juga mengingatkan akan keberlanjutan perkebunan, agar generasi muda atau Gen Z tertarik menggeluti perkebunan, karena sudah saatnya anak muda turun langsung tangani padi, begitupun juga dengan sektor perkebunan. Ia juga menuturkan perlunya memperhatikan strategi jitu untuk menarik generasi muda terjun menggeluti dan mengembangkan perkebunan dari hulu hingga hilir. Menyiapkan generasi muda sebaik mungkin sebagai penerus masa depan, mengenalkan sawit itu baik, minyak kelapa dan minyak sawit itu sehat, sehingga harus cerdas dan kompak, agar bersama saling selamat dan perkuat perkebunan dari berbagai tantangan kedepan. 

"Diidentifikasi dan dipetakan mana yang mendatangkan keuntungan dan menyejahterakan bagi petani, keberlanjutan perkebunan maupun keberlanjutan dari generasi Gen Z serta perhatikan roda perekonomian nasional, menyambut perkebunan yang lebih baik," harapnya. 

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada menyampaikan terimakasih atas dukungan Direktorat jenderal perkebunan yang terus mendukung sektor perkebunan di Bali, baik hulu hingga hilirnya sehingga memiliki potensi penyumbang devisa terbesar. I Wayan Sunada juga berharap dengan adanya kegiatan ini kedepannya bersama-sama dapat membangun usaha perkebunan yang berkelanjutan.

Sementara itu, salah satu pembicara, Wahyu Jatmiko Krisdiyanto, PT LPP Agro Nusantara menjelaskan,  harus dapat menganalisis dan melihat dinamika perkembangan harga dan bagaimana harga komoditas lainnya. Karena hal itu dapat menjadi pemicu atau mempengaruhi harga jual produk yang ada. India dan Cina merupakan peluang pangsa pasar komoditas perkebunan Indonesia khususnya sawit, namun harus tetap melihat perkembangan yang ada di negara-negara lainnya. Sehingga dapat merancang target yang strategis dan tepat guna. 

Wahyu menambahkan, dinamika harga pasar dan pengembangan komoditas selalu bergerak. Pergerakan pengembangan komoditas selalu mengikuti siklus dan tren, apapun keadaan harga mengikuti kondisi nyata saat ini.

Hadir pula, Peneliti Senior RPN, Ratnawati Nurkhoiry menyampaikan tren kontribusi dan inovasi komoditas perkebunan. Ia mengatakan, salah satu tantangan komoditas perkebunan yaitu rentan terhadap faktor resiko yang berdampak pada produksi dan produktivitas. Nyatanya, masih ada gejolak nilai output kontribusi komoditas perkebunan seperti sawit, karet, kopi, tebu, dan teh. Untuk itu, masih harus terus ditingkatkan agar hasil produksi maupun produktivitasnya lebih optimal, baik dilakukan analisis lingkungan internal maupun eksternal komoditas.

Ratnawati menekankan perkebunan berpotensi besar dan digunakan di seluruh lini. Betapa pentingnya produk perkebunan dan paling mendukung terutama pada saat pandemi, perkebunan yang berkelanjutan

Salah satu peserta seminar, Siti Marfuah mengungkapkan,  seminar ini tentunya sangat bermanfaat karena dapat memberikan gambaran terkait kontribusi dan peran penting perkebunan terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu, tantangan kedepan, termasuk mendorong generasi muda untuk terjun langsung kembangkan perkebunan. Betapa penting melanjutkan perkebunan Indonesia, ini tak hanya menjadi tanggungjawab petani atau pemerintah saja, namun seluruhnya harus turut bahu membahu mengembangkan komoditas perkebunan serta menjawab tantangan kedepan.

Secara terpisah, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman menuturkan pasar komoditas berperan penting dalam perekonomian global, dari pangan hingga energi. Setiap komoditas memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari. Perubahan iklim, geopolitik, dan pergeseran ekonomi, menyebabkan dinamika pasar komoditas terus berubah. Tahun 2025 tentunya akan membawa peluang dan tantangan tersendiri dalam pasar komoditas.

“Keberlanjutan dan daya saing komoditas seperti dua sisi mata koin, dengan strategi yang tepat, kita tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga melindungi sumber daya untuk generasi mendatang, untuk itu kita perlu mulai mengambil langkah-langkah bersama menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan kompetitif,” pungkas Mentan. (tos/Humas Ditjenbun)