- Home
- Kebun
B50 , Substitusi Bahan Bakar Masa Depan
AGROMILENIAL.COM, Tangerang--- Kelapa sawit telah terbukti memberi kontribusi besar terhadap perekonomian negara. Kini, para pekebun sawit tak perlu kawatir apabila produk sawitnya berupa crude palm oil (CPO) dibeli pasar global dengan harga rendah. Hal itu dikarenakan, Indonesia mampu membuat biodiesel (B50) sebagai substitusi minyak sawit. Berkat substitusi ini posisi tawar Indonesia terhadap pasar global makin kuat.
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan, Indonesai menjadi salah satu produsen minyak sawit terbesar dunia. “Namun, ada kekawatiran petani sawit kita kalau produknya tak laku di pasar. Sekarang kita suddah ada substitusi. Jadi, kalau negara tujuan ekspor mempersulit, atau gak mau beli, sebagian minyak sawit tersebut bisa dijadikan bahan bakar (B50) bahkan B100 pun sudah disiapkan,” kata Sudaryono usai membuka acara Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) yang digelar Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan bekerjasama dengan Badan Pengelola Dana Pekebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), pada 12-14 September 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang, Banten.
Menurut Sudaryono, apabla produk minyak sawit di dalam negeri tinggi dan harga anjlok, nanti bisa disubstitusi ke biodiesel. Artinya, Indonesia sudah punya bandulannya. Ia mencontohkan, kalau di Brasil melakukan bandulan antara gula dengan bio etanol.
“Ketika harga gula tinggi, Brasil akan mendorong produksi gula supaya harga turun. Kalau harga gula rendah, dia tarik sebagian untuk bio etanol agar harga gulanya stabil,” ujarnya.
Melalui substitusi tersebut, lanjut Sudaryono, ke depannya nasib minyak sawit Indonesia tak ditentukan pembeli. Apabila mereka tak mau beli produk minyak sawit Indonesia, sebagian bisa dijadikan bahan bakar.
Sudaryono menegaskan, sebagian komoditas sawit bisa dikonversi menjadi biodiesel 50 persen (B50). Konversi ini sebagai bagian kontribusi Indonesia ke dunia, karena Indonesia menguasai hampir 60 persen pasar sawit dunia.
Menurutnya, sub sektor perkebunan berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap produk domestik brutto (PDB) dan devisa negara. Pada tahun 2023 ekspor sub sektor perkebunan cukup signifikan, yakni Rp 500 triliun. Hingga Juli 2024 ekspor sub sektor perkebunan sudah mencapai US$ 14,89 juta.
Selama ini angka ekspor komoditas sawit cukup membanggakan. “ Namun, jutaan rakyat kita sebagai petani (pekebun) sawit butuh tanggungjawab kita. Sehingga, pemerintah harus bekerja hand to hand dengan pekebun untuk mendorong ekspor. Pemerintah juga akan melakukan hilirisasi agar pekebun mempunyai nilai tambah,” pungkasnya. (dar/Humas Ditjenbun)
Berita Lainnya
-
-
Kabupaten Gowa Ditargetkan Mampu Mengawali Capaian Swasembada
12 Okt 2024, 13:11 WIB
-
-
-
-
-
Berita Populer