- Home
- Prasarana dan Sarana
79 Tahun Merdeka: Dari Trias Van de Venter Hingga Pompanisasi
AGROMILENIAL.COM, Jakarta --- Pada Sabtu, 17 Agustus 2024 masyarakat Indonesia memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI ke-79. Kemerdekaan yang diperolah dengan berbagai macam pengorbanan dan titik darah penghabisan. Bicara tentang arti kemerdekaan tak bisa dilepaskan dari masa kolonial Belanda.
Sebagai negara agraris, Indonesia tak lepas dari kolonial Belanda, mulai dari kekuasaan Raja William III yang terkenal dengan "tanam paksa" -nya. Berkat tanam paksa inilah, rakyat negeri jajahan (Indonesia) sengsara. Semua kekayaan negeri jajahan seperti rempah-rempah, cengkeh, pala dan lainnya diangkut ke Belanda untuk memakmurkan mereka.
Setelah Raja William meninggal digantikan putrinya --yang tatkala itu masih muda--, Ratu Wilhemina. Di tangan Ratu Wilhemina inilah kebijakan Belanda yang semula menerapapkan tanam paksa berubah drastis.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Satya Arinanto mengyebutkan, dalam pidatonya yang terkenal, Ratu Wilhemina mengatakan, Belanda mempunyai utang budi pada rakyat tanah jajahan. "Hal tersebut diwujudkan dalam tiga program oleh Van de Venter melalui trias Van de Venter, yakni irigasi, imigrasi dan edukasi," kata Satya Arinanto saat menjadi pembicara dalam seminar "Hukum Indonesia dalam Perspektif", di Jakarta, belum lama ini.
Tentunya trias Van de Venter yang terkait dengan pertanian adalah irigasi. Dari jaman kolonial Belanda irigasi terus dikembangkan. Khususnya di Jawa, irigasi sangat diperlukan untuk mensuplai sawah petani yang umumnya ditanami padi.
Irigasi primer hingga tersier terus dikembangkan pada masa itu. Di tingkat hulu juga dikembangkan sejumlah waduk untuk menampung air irigasi. Diantaranya waduk jatiluhur, cirata, saguling, dan karang kates.
Di Jawa Barat setidaknya ada 9 waduk. Salah satu waduk yang masih eksis sampai saat ini yaitu waduk Jatilihur. Waduk ini mememilki peran sangat vital untuk irigasi di kawasan Purwakarta dan Karawang.
Irigasi sangat diperlukan untuk mensuplai sewah saat musim kemarau tiba. Irigasi saat itu punya peran vital terhadap pertanian di Jawa Dwipa (Jawa) yang dikenal sebagai penghasil padi.
Dari politik etis Ratu Wilhemina itulah pertanian berkembang pesat. Setelah Indonesia merdeka, waduk dan irigasi peninggalan Belanda masih ada dan hingga saat ini masih berfungsi dengan baik.
Di jaman orde baru, peran irigasi semakin nyata dan dibarengi dengan program transmigrasi ke luar Jawa. Hingga saat ini kawasan transmigrasi pun berkembang pesat menjadi lahan pertanian yang subur. Bahkan, ketika itu Indonesia sempat swasembada beras. Petaninya hidup makmur berkat pembenahan tata kelola pertanian yang terintegrasi dengan irigasi.
Bisa jadi, tanpa politik etis yang dilakukan Ratu Wilhemina, barangkali petani di tanah air tak akan seperti sekarang ini. Jaman pun terus berubah, sistem pertanian juga berubah dari yang semula tradisional menjadi modern.
Melihat betapa pentingnya peran irigasi di sektor pertanian, di era saat ini, pemerintah tak hanya membangun sejumlah waduk, tapi juga membangun saluran irigasi tersier dan sekunder sampai ke sawah-sawah hingga tambak petani.
Namun ada yang tak berubah sejak jaman kolonial, yakni irigasi. Sistem irigasi terus dipertahankan hingga saat ini dan berkembang pesat. Dari yang semula mengandalkan debit air dari waduk dan sungai, saat ini berkembang menjadi irigasi yang memanfaatkan alat modern, berupa pompa air.
Mekanisasi pertanian pun diperkuat untuk mengantisipasi cekaman perubahan iklim. Seperti yang terjadi seperti saat ini, yakni kemarau yang berkepanjangan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian tak cukup hanya mengandalkan waduk atau air sungai untuk irigasi pertanian. Karena memang debit air sejumlah waduk mulai berkurang.
Guna mengantisipasi datangnya musim kemarau yang diperkirakan dimulai pada Mei 2024, Menteri Pertanian Amran Sulaiman telah mengembangkan program pompanisasi. Pompanisasi (pompa air) tersebut khususnya akan diberikan kepada kelompok tani, di Jawa. Lebih khusus lagi, pompanisasi akan direpresentasikan di daerah-daerah atau kawasan pertanian tadah hujan. Harapannya tak lain adalah untuk mendorong indeks pertanaman (IP) petani yang semula hanya satu kali tanam/panen per musim, bisa meningkat menjadi 2 – 3 kali per musim.
Tujuan pompanisasi tak lain adalah untuk meningkatkan produksi pangan, khususnya padi. Apabila sawah tadah hujan di sejumlah daerah tersebut bisa dialiri air dengan pompa air, setidaknya akan menambah produksi padi pada tahun ini. Pompansiasi akan berdampak signifikan dengan kesejahteraan petani.
Petani yang sebelumnya hanya mampu tanam sekali per musim, bisa meningkat 2-3 kali per musim. Melalui pompanisasi nantinya bisa dilakukan percepatan tanam agar produksi beras nasional bisa ikut terdongkrak. Berkat progam ini Kementan optimistis mampu memacu aktivitas tanam di musim kedua tahun ini agar berjalan lebih cepat dan maksimal. (***)
Berita Lainnya
-
-
-
Presiden Prabowo Tegaskan Swasembada Pangan Pilar Ketahanan Nasional
22 Jan 2025, 14:34 WIB
-
Wamentan Sudaryono Pastikan Bendungan Sidoras Dibangun Tahun Ini
22 Jan 2025, 14:31 WIB
-
Mentan Amran dan Kapolri Sigit Tanam Jagung Serentak 1 Juta Hektar
22 Jan 2025, 14:27 WIB
-
-
Berita Populer