• Home
  • Tanaman Pangan

Inilah Langkah Kementan Kejar Target Produksi Beras 2024

17 Jul 2024, 12:51 WIB | Indarto

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, DR. Ir. Moh.Ismail Wahab,M.Si | Dok. Agromilenial

AGROMILENIAL.COM, Jakarta---  Komoditas padi (beras) hingga saat ini menjadi bagian penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Keberadaan salah satu pangan pokok ini harus diperhatikan kontinuitas produksinya. Kementerian Pertanian (Kementan) sejak akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024 lalu mulai menggenjot produksi padi dan diharapkan hingga akhir tahun ini  mampu memenuhi target produksi beras sebanyak 31,93 juta ton.

Baca Juga :

Direktur Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementan, DR. Ir. Moh. Ismail Wahab, M.Si menyebutkan, berdasarkan  neraca KSA padi 2024, luas panen padi pada Januari-Agustus 2024 diperkirakan mencapai 7,23 juta ha, dengan perkiraan produksi padi sebanyak 37,12 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 21,38 juta ton beras. Apabila perkiraan konsumsi sebesar 20,57 juta ton beras, maka pada periode Januari-Agustus 2024 menunjukkan neraca surplus beras 0,81 juta ton beras (810.000 kg).

Kendati surplus  tersebut belum  bisa untuk memenuhi kebutuhan (konsumsi) beras selama satu bulan,  bukan berarti kita harus impor. Hal itu dikarenakan, masih ada panen setiap bulannya hingga September dan Oktober mendatang. “Kita surplus beras tiap tahun, namun angkanya makin mengecil,” ujar Ismail Wahab, di Jakarta, Rabu (17/7).

Menurutnya, selama ini stok beras yang dihitung dari produksi yang dihasilkan petani. Sementara itu, stok yang ada di rumah tangga, hotel dan restoran (Horeka), pedagang, dan penggilingan, tak dihitung. Artinya, produksi yang dihasilkan petani tiap bulan yang dihitung. 

Padahal sesuai survei terakhir Bapanas 2023, stok beras yang ada di rumah tangga, Horeka, pedagang dan penggilangan ada sekitar 4 juta ton/tahun.  “ Yang dihitung adalah beras yang diproduksi di lapangan. Sedangkan stok yang ada di rumah tangga, Horeka, pedagang dan penggilangan sebagai tambahan (carry over) untuk tahun 2024,” kata Ismail Wahab.

Meski periode Januari-Agustus 2024 terjadi surplus beras  0,81 juta ton, dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya, lanjut Ismail Wahab, kita  minus 3 juta ton GKG. “Kekurangan inilah yang harus dikejar melalui optimalisasi lahan (Oplah), pompanisasi, penanaman padi di tegakan perkebunan dan perluasan areal tanam,” katanya.

Mengapa bisa terjadi minus 3 juta ton GKG? Menurut Ismail Wahab, salah satunya dikarenakan terjadinya El Nino pada akhir tahun 2023, sehingga penanaman pada Oktober-November tahun lalu  tak tercapai. Parahnya lagi, panen pada Januari-Maret 2024 jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.

“ Kita baru sedikit bernafas lega pada April-Mei 2024, dengan hasil panen yang lebih tinggi,” kata Ismail Wahab.

Ismail Wahab optimis, target produksi beras pada tahun 2024 akan tercapai. Salah satu cara adalah dengan mengejar ketertinggalan yang  minus 3 juta ton GKG  dengan upaya yang telah dilakukan Kementan melalui PAT, pompanisasi, penanaman padi di tegakan perkebunan dan oplah. Apabila program yang dicanangkan Kementan ini berjalan dengan baik, hampir bisa dipastikan targetnya akan tercapai.

“ Mudah-mudahan Juli-September ada La Nina. Kita masih ada waktu tiga bulan untuk mengejarnya. Kalau hal ini dilakukan biasa-biasa saja tentu akan sulit tercapai,” paparnya.

Pastinya, dari program ekstensifikasi Kementan tersebut, diharapkan ada tambahan perluasan lahan untuk tanam padi seluas 1,8 juta ha. Lahan tersebut akan dikelola secara intensif untuk mendongkrak indeks pertanaman (IP) dari IP 1 menjadi IP 2 dan yang IP 2 menjadi IP3, sehingga akan terjadi peningkatan produksi secara signifikan.

Menurut Ismail Wahab, kalau produktivitas lahan dari program Kementan rata-rata  5,1-5,2 ton/ha, paling tidak akan ada 9 juta ton (GKG), sehingga minus 3 juta ton GKG bisa ditutupi.

“Program PAT yang dikembangkan Kementan, seperti pompansisasi, dan oplah juga mengandung unsur intensifikasi dengan pemberian bantuan benih dan pupuk ke petani. Proses budidaya pun dengan mekanisasi,” jelasnya.

Guna mengejar target produksi beras tahun 2024, Kementan sejak awal Juni, Juli hingga September terus melakukan penanaman  dengan target tak kurang dari 1 juta ha. Dari lahan yang ditanami padi tersebut, setidaknya mampu memproduksi padi sebanyak 5 juta GKG (kalau dikonversi menjadi beras, sekitar 2,5 juta ton).  Apabila konsumsi rata-rata  2,3-2,5 juta ton per bulan, upaya yang dilakukan Kementan akan mampu menutupi kebutuhan konsumsi per bulan. (dar)