- Home
- Prasarana dan Sarana
Upland Project Dorong Minat Petani Milenial Meningkat
AGROMILENIAL.COM, Jakarta --- Berdasarkan pengumpulan informasi di lapangan lokasi kegiatan Upland Project bahwa minat petani milenial (berkisar umur dibawah 40 tahun) meningkat. Peningkatkan dan kemauan petani milenial tersebut, berkat diokasi Upland Project pertaniannya diusahakan secara terpadu, komprehensif dan modernisasi (pertanian moderen).
Baca Juga :
Hasil riset Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun sebagai negara agraris namun jumlah petani di Indonesia menunjukkan terus berkurang. Salah satu contoh Jawa Barat (propinsi lokasi Upland Project) petani usia 45 – 49 tahun sebanyak 36,30%. Sementara, petani berusia 30 – 44 hanya 24,06%.
Para milenial lebih tertarik mencari pekerjaan di kota dan tidak kembali lagi, sehingga lahan-lahan pertanian di pedesaan kehilangan tenaga kerja muda, yang tersisa adalah petani dengan penduduk yang semakin menua.
Untuk itulah agar petani milenial tersebut tertarik di daerahnya dan tidak pergi ke kota, antara lain dengan usaha-usaha yang dikembangkan bersifat inovatif di daerah tersebut, dan memberikan daya tarik atau nilai plus bagi petani milenial sehingga berminat untuk bekerja hal tersebut. Sebagai contoh pengembangan teknologi UPPO-Biogas di lokasi Upland Project Magelang, Jawa Tengah.
Project Manager Upland Project Farakka Sari mengatakan, pengembangan tekjologi UPPO-Biogas bertujuan untuk membudidayakan memasyarakatkan dalam pembuatan pupuk organik secara mandiri.
Masyarakat diberikan pengetahuan untuk mengetahui cara melakukan fermentasi dengan cara anaerob atau tanpa udara. Hal itu dilakukan karena fermentasi anaerob dapat menghasilkan pupuk organik yang lebih berkualitas dibandingkan dengan pukuk kompos pada umumnya.
"Fermentasi anaerob akan menghasilkan pupuk organik yang lebih baik kualitasnya dibandingan kompost biasa," jelasnya.
Lebih lanjut Farakka mengatakan program anaerob lebih simpel karena dapat dilakukan pada skala kecil seperti rumah tangga. Masyarakat dapat menggunakan bahan baku yang di sekitar rumah yang mengandung unsur karbon dan nitrogen seperti serbuk gergaji, sekam padi, dan kotoran kambing.
Tidak hanya itu masyrakat juga dapat menggunakan hijauan tanaman, ampas tahu, limbah organik rumah tangga, kotoran ayam, kotoran kambing, dan lain-lain. Dengan mudahnya bahan dasar pembuatan pupuk tersebut dia menganggap dapat dilakukan setiap keluarga petani.
"Biogas adalah produk sampingan dari proses pembuatan pupuk ini yang juga dapat dimanfaatkan walaupun hanya skala rumah tangga. Hasil dari proses fermentasi anaerob ini sudah aman untuk lingkungan karena tidak ada gas metana yang diemisi ke atmosphere," jelasnya.
Tidak hanya dapat melestarikan lingkungan yang ada, sistem eco farming dinilai juga dapat memperoleh produksi pertanian yang optimal. Hal itu terlihat jelas perbandingan antara hasil panen yang dilakukan petani organik dan non-organik di kawasan Magelang.
Petani padi organik di Magelang misalnya mereka mengakui terjadi peningkatan kuantitas hasil panen. Kemudian harga jual hasil tani juga lebih tinggi dari pada yang menggunakan pestisida.
‘’ Kami senang bekerja yang seperti ini (pada kegiatan Upland Project) terutama untuk hal-hal bersifatbinovatif seperti pengembangan UPPO-Biogas dan penggunaan alat-alat mesin pertanian yang moderen sehingga lebih simpel, praktis dan efisien,’’ papar para petani milenial di beberapa lokasi Upland Project.
Memabg kehadiran Upland Project yang menunjukkan petani milenial menjadi tertarik untuk bekerja di bidang pertanian, walaupun saat ini baru beberapa daerah sebagai percontohan, ke depan seyogyanya perlu pemikiran dan segala upaya untuk dikembangkan atau diperluas. (Media Upland Projevt)
Berita Lainnya
-
Berita Populer