- Home
- SDM
Ternak Kambing Merapi Farm Kian Diminati Pasar
AGROMILENIAL.COM, Jakarta --- Merapi Farm salah satu usaha peternakan domba dan kambing yang dibangun Dani, sapaan akrab Taufik Mawaddani pada 2016 silam, saat ini sudah berkembang pesat. Usaha ternak domba dan kambing yang semula hanya 20 ekor, saat ini populasinya terus berkembang menjadi 400-500 ekor.
Usaha penggemukan domba kambing yang semula hanya dipasarkan untuk memenuhi permintaan Idul Adha, saat ini sudah mencakup pasar yang lebih luas. Bahkan, usaha ternak domba dan kambing di kawasan lereng Merapi saat ini kian diminati pasar dan sudah merambah ke sejumlah penjual sate, akikah dan penikmat kuliner daging kambing di Kota Gudeg.
Merapi Farm yang dikomandani Dani tak hanya terhenti pada penggemukan domba dan kambing saja. Petani milenial asal Sleman, Yogyakarta ini terus mengepakkan sayap bisnisnya dengan mengembangkan feedmil. Usaha pakan ternak ini fokus memproduksi konsentrat penggemukan domba kambing, konsentrat kambing perah, breeding, sapi potong dan completefeed domba kambing potong maupun perah.
“ Untuk penggemukan domba dan kambing ini kami tak perlu menyediakan rumput. Usaha kami (Merapi Farm, red) sudah terintegrasi dengan feedmil. Kami bekerjasama dengan Fakultas Peternakan UGM mengembangkan feedmil,” ujar Dani, di Jakarta, Rabu (29/3).
Di bawah naungan jogajafeed inilah, usaha pakan ternak domba dan kambing dikembangkan. Mengusung tagline “Beternak Tanpa Ngarit “, produksi pakan ternak domba dan kambing sudah merambah di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Menurut Dani, usaha ternak domba dan kambing di Kota Pelajar ini sangat potensial, marketnya masih terbuka lebar, seiring menjamurnya usaha kuliner di Kota Gudeg ini. Dani mencontohkan, untuk memenuhi permintaan pelanggan penjual sate di Yogyakarta, Merapi Farm tiap minggu baru mampu memasok sebanyak 50 ekor kambing.
Dani mengakui, dari populasi usaha penggemukan kambing dan breeding kambing yang dikelolanya sementara ini masih untuk memenuhi pasar kuliner di Yogyakarta. “ Di Yogyakarta ini peluang pasarnya besar, sehingga kami belum mampu memenuhi semuanya,” ujarnya.
Menurutnya, untuk permintaan penjual sate, umumnya domba dan kambing ukuran kecil dengan harga Rp 1 juta per ekor. Sedangkan untuk permintaan Idul Adha, memang kambing yang besar.
Kendati sudah ada pelanggan tetap tiap hari/minggunya, Merapi Farm masih mengembangkan usaha penggemuka domba dan kambing untuk memenuhi permintaan Idul Adha. Hal itu dikarenakan pasarnya potensial dan harganya jualnya juga tinggi. Untuk 1 kg daging kambing harganya mencapai Rp 75 ribu-Rp 80 ribu.
“ Kalau untuk Idul Adha 1 ekor domba dan kambing harganya antara Rp 2,5 juta- Rp 10 juta. Hanya saja momentnya setahun sekali,” katanya.
Merapi Farm yang berlokasi di Dusun Balong Wetan RT/02/RW13, Plosorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta hingga saat ini terus fokus mengembangkan usaha ternak domba kambing. Selain penggemukan domba, Merapi Farm juga melakukan breeding domba, dan mengembangkan kambing perah dari hasil silangan.
Dani mengaku, untuk memulai usaha ternak domba dan kambing tidaklah mudah. Persoalan pertama adalah terbatasnya modal. Pada awal usahanya Dani sempat menjual motor dan pinjam uang ke salah satu BPR. Uang hasil jual motor dan pinjaman bank itu kemudian dipakai membuat kandang dan membeli kambing.
Guna mengembangkan usaha penggemukan domba dan kambing perlu tambahan modal. Pada tahun 2017/2018 lalu, Dani mengajukan KUR ke salah satu bank dengan plafon kredit Rp 25 juta. Lantaran tak cukup untuk mengembangkan usaha, beberapa tahun kemudian mengajukan KUR dengan plafon Rp 300 juta (bunga 6 persen/tahun).
Menurutnya, kalau usaha ternak sesuai dengan jalannya dan terbuka dan bermitra dengan banyak orang akan dimudahkan. Pastinya, untuk mengembangkan usaha ternak domba dan kambing harus ada jaringan pemasaran, terus berbenah dan berkolaborasi dengan pihak lain (swasta dan pemerintah).
Berkat jerih payah yang dilakukan selama delapan tahun ini, akhirnya Merapi Farm yang dibangun Dani sudah membuahkan hasil gemilang. “ Paling tidak, kami sudah ada pelanggan, sehingga produk yang kami hasilkan bisa dijual secara terjadwal. Kami pun bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya. (dar)
Berita Lainnya
-
Berita Populer