- Home
- Life style
Menyulap Sampah Rumah Tangga Jadi Pupuk Organik
AGROMILENIAL.COM, Jakarta --- Sampah rumah tangga bagi masyarakat perkotaan apabila tak dikelola dengan baik akan menimbulkan banyak masalah. Selain menyisakan bau tak sedap, sampah rumah tangga juga menimbulkan berbagai penyakit. Sebaliknya, apabila sampah rumah tangga dikelola dengan baik, akan memberi banyak manfaatnya bagi masyarakat, seperti membuat lingkungan lebih bersih dan sehat. Selain itu, sampah rumah tangga juga bisa diolah menjadi pupuk organik yang bernilai ekonomi tinggi.

Bagi warga Perumahan Nasio Indah, Bekasi, Jawa Barat (Jabar), keberadaan sampah rumah tangga menjadi berkah tersendiri. Mengingat, sampah rumah tangga, khususnya yang organik bisa diolah menjadi pupuk organik. Selanjutnya, pupuk organik ini digunakan untuk memupuk alpukat sambung pucuk yang dikembangkan di lingkungan perumahan. Sebagian dari pupuk organik yang dikelola Bank Sampah Nasio (BSN) dijual ke masyarakat dengan harga Rp 20 ribu/sak (10 kg).
Direktur BSN, Ashep Hendrawan mengatakan, sampah warga di Perumahan Nasio Indah ada yang organik dan non organik. “ Yang organik inilah yang kita olah menjadi pupuk organik. Selajutnya, pupuk organik tersebut untuk menunjang penghijauan dengan tanaman alpukat yang di tanam di lingkungan perumahan,” kata Ashep, di Bekasi, Sabtu (4/3).

Menurut Ashep, untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik harus dilakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Hal itu dikarenakan setiap 1 kepala keluarga (KK) terdapat 1,4 kg sampah organik dan 0,3 kg sampah non organik.
“ Sampah non organik ini langsung dibuang ke TPA. Kemudian, yang organik kita kelola menjadi pupuk organik,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan, Kepala Divisi Organik Bank Sampah Nasio, Setyono. Menurutnya, pengolahan sampah organik bisa menjadi pupuk cair dan padat. Guna mengolah sampah organik ini perlu edukasi ke masyarakat, karena sampah rumah tangga harus dipisahkan terlebih dahulu.
“ Setelah dilakukan pemisahan, sampah organik diolah. Sebelum diolah, sampah organik diberi ragi agar nutrisi yang terkandung dalam pupuk nanti lebih tinggi. Setelah itu dilakukan pengayakan dengan mesin pengayak. Setelah jadi pupuk organik, digunakan untuk memupuk alpukat yang telah dikembangkan melalui Gerakan Hijau,” kata Setyono.
Menurut Setyono, potensi sampah organik yang dihasilkan penghuni Perumahan Nasio Indah cukup potensial dikembangkan menjadi pupuk organik. Mengingat, dari 350 KK paling tidak bisa menghasilkan sampah (organik dan non organik) sebanyak 25 ton/bulan. Dari volume sampah yang dihasilkan sekitar 80 persen, atau sekitar 19 ton berupa sampah organik/bulan.
“ Potensi sampah organik ini setelah diolah bisa menjadi pupuk organik sebanyak 20 persen, atau sekitar 3,5 ton/bulan. Untuk menghasilkan pupuk sebanyak itu diperlukan 140 unit komposing three in one,” paparnya.
Setyono mengatakan, 1 komposing three in one mampu menghasilkan 80 kg sampah organik basah. BSN sudah memiliki 10 komposing three in one, dan mampu menghasilkan pupuk organik sekitar 800 kg/bulan. Pupuk organik tersebut dijual ke masyarakat Rp 20 ribu/sak (10 kg).
Bantuan CSR dari MayBank Sekuritas
Upaya masyarakat yang tinggal di Perum Nasio Indah untuk mewujudkan perumahan yang bersih, indah dan kedepannya menadi destinasi wisata agribisnis tampaknya tak sia-sia. Sampah yang dikelola BSN mendapat respon dari MayBank Sekuritas yang juga peduli dengan lingkungan. Berkat usaha keras tersebut, BSN akhirnya mendapat bantuan berupa CSR dari MayBank Sekuritas berupa satu unit mesin pengayak dan 27 komposing three in one.
Menurut Setyono, dengan bantuan komposing three in one sebanyak 27 unit ini akan mampu mendorong produksi pupuk organik yang dikelola BSN. Melalui bantuan tersebut, setidaknya BSN mampu mereduksi sampah sekitar 2,16 ton/bulan, dan diperkirakan akan menghasilkan pupuk organik sebanyak 423 kg/bulan. Melaui CSR May Bank Sekuritas ini diharapkan, bisa mendorong masyarakat yang tinggal di Perumahan Nasio Indah lebih giat lagi dalam mengelola sampah.
“ Selanjutnya, kami akan mendorong anak-anak milenial masuk melalui bisnis, salah satunya dengan budidaya alpukat sambung pucuk. Kami akan terus melakukan pelatihan budaya hingga pasca panen. Tentu saja, hal ini masih butuh dukungan pemerintah dan swasta,” pungkas Setyono. (dar)
Berita Lainnya
-
Kementan Siapkan Food Estate Lahan Jagung 10 Ribu Hektar di Papua
21 Mar 2023, 17:25 WIB
-
Optimalisasi Fungsi PIP Perkebunan untuk Dorong Pemasaran Produk Perkebunan
21 Mar 2023, 17:20 WIB
-
Sambut Ramadhan- Idul Fitri, Kementan Gelar Bazar Tani Pangan Murah
20 Mar 2023, 05:41 WIB
-
-
-
-
Berita Populer